Pertama di Indonesia: Meriahnya Acara Peluncuran Pelatihan Generasi #GuruGemilang

Dipublikasikan : Minggu, 21 Agustus 2022

Oleh: Fitria Khairunnisa

      

Hadirkan Inovasi di Kelas!



Pada Jumat (12/08/2022), Generation Educators (GenEd) bersama Sekolah Inspirasi berhasil melangsungkan acara Peluncuran Pelatihan Generasi #GuruGemilang yang dihadiri oleh 187 Unsur Pimpinan Sekolah dan 248 Guru dari 293 SD Negeri se-Kota Bandung. 


Program Generasi #GuruGemilang disponsori oleh Sekolah Inspirasi dan GenEd bekerja sama dengan Deloitte sebagai mitra industri. GenEd juga bekerja sama dengan DisDik dan penandatangan perjanjian kerjasama dengan DisDik Bandung telah dilaksanakan pada Selasa (19/07/2022).


Turut hadir juga dalam acara ini: Drs. Hikmat Ginanjar, M.Si. selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Dadang Supriatna, S.Pd., M.Ed., selaku Widyaiswara ahli madya Kapokja Program Guru Penggerak, Steve Aditya selaku Clients & Market Director Deloitte Indonesia, dan Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia ke-10.


Mengapa acara ini dilangsungkan?

“Kualitas Pendidikan tidak akan pernah melebihi Kualitas para Guru”.

–Andreas Schleicher, Direktur pendidikan dari OECD dan perancang ujian PISA


Ideasi yang dimunculkan GenEd berawal dari kesadaran bahwa kesenjangan keterampilan di dunia kerja termasuk di lingkungan sekolah tak elak terjadi selama ini sehingga salah satu aspek untuk memajukan pendidikan di Indonesia adalah dengan menghadirkan kesetaraan, serta pemberdayaan tenaga pendidik melalui pendidikan dan pengembangan keterampilan. GenEd juga menjembatani dunia pendidikan dan industri bisnis sehingga dapat mengisi kesenjangan dan dampaknya dapat lebih luas dan kesempatan ekonomi yang lebih baik bisa lebih terlihat. 



Tenaga pendidik berperan sebagai tonggak atau inti dari pendidikan dan akan selalu berjasa melahirkan generasi terdidik dengan berbagai keterampilan. Namun, seiring perkembangan zaman dan lajunya perkembangan teknologi, pendidikan pun juga perlu akselerasi dalam mewujudkan tujuan utamanya. 


Akselerasi ini GenEd wujudkan dengan menyusun program yang mencangkup berbagai keterampilan yang krusia di abad ke-21, yaitu: Literasi Informasi (Information Literacy), Literasi Data (Data Literacy), Pemikiran Desain (Design Thinking), dan Pola Pikir Kewirausahaan (Entrepreneurial Mindset). Dengan program ini, guru diharapkan dapat menghadirkan inovasi di kelas. Karena inovasi tidak selalu melibatkan teknologi, inovasi mengharuskan adanya penemuan ulang, perancangan ulang, dan rekonstruksi ulang sistem dan perspektif yang telah ada menjadi sesuatu yang berbeda.


Topik-topik ini dipilih agar dapat melahirkan generasi masa depan yang berpikir kritis, cakap literasi, bertoleransi tinggi dan melek ekonomi. Tentu saja tujuan besar ini tidak bisa GenEd lakukan sendiri. Peluncuran acara ini pun dilakukan dengan dukungan beberapa pihak dari berbagai industri dengan melibatkan tenaga pendidik sebagai tokoh utamanya.


Ini juga momen yang tepat karena Pelatihan Generasi #gurugemilang selaras dengan Program Guru Penggerak, Kurikulum Merdeka Belajar, Merdeka Belajar, dan Sekolah Merdeka. Program ini juga membantu pemerataan untuk para tenaga pendidik yang belum mendapat kesempatan pada program guru penggerak atau pun kesempatan pelatihan lainnya.

Pembicara yang Terlibat

Berdasarkan empat topik tadi, GenEd melibatkan pembicara yang ahli di bidangnya. Para pembicara memaparkan materi dari atas panggung yang pengaturannya terinspirasi dari TEDx Talks sehingga suasana menjadi lebih hidup dan tidak monoton.

Literasi Informasi #democritizeinformation

Topik Literasi Informasi dibawakan oleh Kania Aisha Pasaman, Head of Communication IDN Media. Kania menerangkan bahwa Indonesia sedang darurat literasi informasi. Mengapa bisa demikian?



Di era teknologi dan globalisasi yang terus berkembang, informasi dapat tersebar dengan sangat cepat tanpa adanya filter. Siapa pun yang bersentuhan dengan teknologi dapat mengaksesnya dan jika tanpa literasi, informasi tersebut dapat menyesatkan. Apalagi seseorang biasanya bersikap biased (berat sebelah) terhadap informasi, dengan kata lain mencari informasi apa pun yang dapat mendukung opininya meskipun informasi tersebut belum tentu valid.


Literasi informasi mencakup kegiatan mengenali, mengevaluasi, mencari, mengorganisasikan, mengetahui kemudian menggunakannya. Daruratnya literasi informasi di Indonesia didukung oleh data Kemenkominfo, bahwa pada tahun 2017 terdapat 800.000 situs yang telah terindikasi sebagai penyebar hoaks.


Mengajarkan literasi informasi pada siswa dapat melalui 5 tahap: memberi target membaca, melengkapi fasilitas atau sarana lingkungan belajar di kelas,mengoptimalkan fungsi perpustakaan, melatih murid untuk menulis dan menyatakan pendapat, dan mengajarkan murid cara menghindari informasi hoaks. Sehingga dengan mengasah kemampuan literasi informasi murid, generasi masa depan diharapkan dapat: membantu dalam pengambilan keputusan, menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan, dan memastikan validitas dari sebuah informasi.

Literasi Data #dataiscommodity

Topik Literasi Data dibawakan oleh Mutiara Annisa, Co-Founder Pandemic Talks dan juga seorang Dosen Indonesia International Institute for Life Science. Bagaimana data dapat mengantarkan seseorang dalam pengambilan keputusan?



Menurut Annisa, data adalah 'bahan bakar' baru di abad ke-21. Data sebenarnya ada dimana-mana. Mulai dari hal sederhana, misalnya data warna kesukaan murid di kelas 1. Dari sana pasti ada hal yang bisa diproses hingga diambillah keputusan bagaimana sebaiknya membuat desain kelas agar nyaman untuk para siswa.


Nyatanya, ada benang merah antara informasi dan data. Karena data sendiri pasti membawa informasi. Tapi informasi ini masih tercerai-berai, dan kita belum bisa melihat apapun dari data mentah ini. Maka perlu adanya pengelompokkan data, filter data, pengolahan data, hingga data tersebut bisa menjadi informasi yang bisa dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan.


Perlu ditanamkan dalam benak anak murid bahwa kita tidak bisa selamanya hanya mengambil keputusan berdasarkan perasaan. Tapi harus ada peran data di sana: "bagaimana menurut data?". Karena dengan adanya data, apa pun keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan dengan nyata dibandingkan dengan hanya memanfaatkan perasaan.

Pemikiran Desain #responsibleaarchitecture

Topik Pemikiran Desain dibawakan oleh Yanuar P. Firdaus, seorang Principal Architect di Aaksen. Selama hidup, manusia pasti tidak jauh dari masalah. Masalah yang diselesaikan dengan tidak tepat tentu saja bisa menyebabkan masalah itu kian membesar. Bagaimana metode yang tepat untuk memecahkannya?


Ada beberapa metode yang terlibat, khususnya adalah pemikiran desain yang melibatkan empati dalam prosesnya. Proses pemikiran desain adalah berempati pada masalah, mendefinisikan masalah, membuat ide solusi, membuat prototipe, dan mengujinya.


Contoh industri yang menggunakan pemikiran desain adalah arsitektur, mengapa sih kita butuh arsitek untuk membuat bangunan? Bangunan pasti melibatkan manusia dan arsitektur tidak hanya berbicara mengenai teknik merancang bangunan, tapi lebih jauh lagi arsitektur merupakan cara cerdas untuk merancang bangunan dan lingkungannya dengan tujuan tertentu.


Arsitektur menggunakan pemikiran desain yang tidak hanya melihat pemecahan masalah secara kontekstual saja, tapi jauh lebih luas, seperti: mempertahankan kebudayaan yang ada, perdagangan yang adil, membentuk kembali komunitas, meningkatkan pasar lokal, dsb. Jika mengajak anak murid menerapkan metode ini di kelas, tentu anak murid bisa membuat solusi yang tepat dengan tidak menafikan empati.

Pola Pikir Kewirausahaan #greenentrepreneurship

Topik Pola Pikir Kewirausahaan dibawakan oleh Raden Galih R., Founder & CEO Seribu Kebun/SeniTani. Seorang pengusaha wajib memiliki pola pikir tertentu agar bisa sukses menjalankan bisnisnya. Pola pikir ini dapat diadaptasi ke dalam kelas sehingga murid bisa lebih kreatif, produktif, inovatif, dan melek ekonomi.



Dilansir dari pembicara, kita ini sedang berada di era Anthropocene yaitu era yang didominasi oleh manusia yang menjadi satu-satunya spesies paling berpengaruh di bumi. Nah, manusia bisa berpengaruh baik sekaligus buruk pada bumi, misalnya pemanasan global. Dalam revolusi industri 4.0 ini, pendidikan semestinya tidak hanya berfokus pada akademik dan attitude, tapi juga melek ekonomi dan menanamkan "kerangka berpikir kewirausahaan hijau" pada murid. Bahwa bumi ini sedang tidak baik-baik saja dan kita harus berkontribusi untuk mendorong perubahan sosial agar lingkungan tidak rusak. Jadi tidak semata-mata hanya untuk mencari keuntungan dalam penghijauan.


Adapun nilai yang ada dalam pola pikir kewirausahaan adalah: kreatif; visioner; nyaman dengan resiko; inisiatif dan mandiri; berpikir kritis, analitik dan solutif; komunikatif dan kolaboratif. Jadi murid tidak hanya dididik untuk cerdas dan berperilaku baik, tapi juga dididik bahwa murid pasti akan mengalami resiko pada keputusan yang diambil dan murid dibiasakan untuk tidak takut akan hal ini.

Harapan

Di penghujung acara, guru diajak untuk terlibat aktif yang menggambarkan pelatihan generasi #gurugemilang bukanlah pelatihan monoton yang satu arah. Pada kesempatan saat itu, sebuah kertas berisi layout kelas diberikan kepada para guru agar guru dapat berinovasi mendesain ulang ruang kelas yang diinginkan. Kelompok yang terpilih, maju ke depan untuk mempresentasikan hasilnya.



Pelatihan untuk para guru dan pimpinan sekolah akan dilakukan dalam setahun ke depan. Topik pelatihan mencakup literasi data, literasi informasi, pemikiran desain, dan pola pikir kewirausahaan.  Melalui acara ini dan program-program yang akan dilaksanakan selanjutnya, GenEd berharap bisa menjadi jembatan antara pendidikan dan dunia bisnis, serta membantu para tenaga pendidik untuk menghadirkan inovasi di kelas dengan tujuan akhir yang besar yaitu melahirkan generasi yang siap menghadapi revolusi industri 5.0. Murid tidak hanya terampil dalam pengaturan kognitif dan emosional, tetapi mereka juga dapat berpikir seperti seorang pebisnis. 


Tanggung jawab untuk membesarkan generasi penerus pembuat perubahan di Indonesia tidak semata-mata berada di pundak tenaga pendidik. Kita semua berperan dalam mendidik generasi masa depan.

—Ghea, Pendiri dan CEO GenEd



GenEd percaya bahwa murid harus lebih terlibat untuk menghidupkan suasana kelas. GenEd juga percaya bahwa setiap tenaga pendidik mampu untuk menjadi inovator dan melahirkan pemikir kritis yang dapat mengubah dunia menjadi lebih baik. Untuk itu, tenaga pendidik harus ditempatkan sebagai pusat solusi untuk menciptakan dinamika yang lebih baik dan menyelesaikan krisis pendidikan Indonesia.


Formula GenEd mencakup: Guru & lingkungan belajar yang inovatif, pembelajaran interaktif yang mendalam, dan pemikiran kritis. Dengan menerapkan ini secara komprehensif, GenEd akan memulai generasi sukses yang berkembang dalam revolusi industri 4.0, 5.0, dan seterusnya.


Bersama kita bisa

memberdayakan guru,

menginspirasi generasi,

dan mengubah suatu bangsa.

—Ghea, Pendiri dan CEO GenEd


Salam Generasi Gemilang